Seri: Al-Qur’an dan Ilmu
Pengetahuan
Abu Anwar
إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ
وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٖ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ
١٩٠ ٱلَّذِينَ يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ
وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ
هَٰذَا بَٰطِلٗا سُبۡحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ ١٩١
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imron[3]:190-191)
Asbabun
Nuzul
Suatu hari
orang-orang Quraisy mendatangi kaum Yahudi dan bertanya,”Bukti-bukti
kebenaran apakah yang dibawa Musa kepadamu?” Dijawab, “Tongkatnya dan
tangannya yang putih bersinar bagi yang memandangnya”. Kemudian mereka
mendatangi kaum Nasrani dan menanyakan, “Bagaimana halnya dengan Isa?”
Dijawab, “Isa menyembuhkan mata yang buta sejak lahir dan penyakit sopak
serta menghidupkan orang yang sudah mati.” Selanjutnya mereka mendatangi
Rasulullah saw. dan berkata, “Mintalah dari Tuhanmu agar bukit safa itu jadi
emas untuk kami.” Maka Nabi berdoa, dan turunlah ayat ini (Q.S. Ali
'Imran/3:190-191), mengajak mereka memikirkan langit dan bumi tentang
kejadiannya, hal-hal yang menakjubkan di dalamnya, seperti bintang-bintang,
bulan,dan matahari serta peredarannya, laut, gunung-gunung, pohon-pohon,
buah-buahan, binatang-binatang, dan sebagainya. (At-Tabari dan Ibnu Abi Hatim
meriwayatkan dari Ibnu Abas r.a.)
Diriwayatkan dari Aisyah bahwa
Rasulullah minta izin untuk beribadah pada suatu malam, kemudian bangunlah dan
berwudu lalu salat. Saat salat beliau menangis karena merenungkan ayat yang
dibacanya. Setelah salat beliau duduk memuji Allah dan kembali menangis lagi
hingga air matanya membasahi tanah.
Setelah Bilal datang untuk azan
subuh dan melihat Nabi menangis ia bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa Anda
menangis, padahal Allah Swt. telah mengampuni dosa-dosa Anda baik yang
terdahulu maupun yang akan datang?” Nabi menjawab, “Apakah tidak boleh aku menjadi
hamba yang bersyukur kepada Allah Swt.?” dan bagaimana aku tidak menangis, pada
malam ini Allah Swt. telah menurunkan ayat kepadaku. Kemudian beliau berkata,
“Alangkah ruginya dan celakanya orang-orang yang membaca ayat ini tetapi tidak
merenungi kandungannya.”
Memikirkan terciptanya siang dan
malam serta silih bergantinya secara teratur, menghasilkan perhitungan waktu
bagi kehidupan manusia. Semua itu menjadi tanda kebesaran Allah Swt. bagi
orang-orang yang berakal sehat. Selanjutnya mereka akan berkesimpulan bahwa
tidak ada satu pun ciptaan Tuhan yang sia-sia, karena semua ciptaan-Nya adalah
inspirasi bagi orang berakal.
Pada ayat 191 Allah Swt. menjelaskan
ciri khas orang yang berakal, yaitu apabila memperhatikan sesuatu, selalu
memperoleh manfaat dan terinspirasi oleh tanda-tanda besaran Allah Swt. di alam
ini. Ia selalu ingat Allah Swt. dalam segala keadaan, baik waktu berdiri,
duduk, maupun berbaring. Setiap waktunya diisi untuk memikirkan
keajaiban-keajaiban yang terdapat dalam ciptaan-Nya yang menggambarkan
kesempurnaan-Nya.
Penciptaan langit dan bumi serta
pergantian siang dan malam benar-benar merupakan masalah yang sangat rumit dan
kompleks, yang terus menerus menjadi lahan penelitian manusia, sejak awal
lahirnya peradaban. Banyak ayat yang menantang manusia untuk meneliti alam raya
ini, di antaranya adalah Q.S. al-A’raf/7:54, yang menyebutkan bahwa penciptaan
langit itu dalam enam masa.
Allah berfirman.
إِنَّ
رَبَّكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٖ
ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰ عَلَى ٱلۡعَرۡشِۖ يُغۡشِي ٱلَّيۡلَ ٱلنَّهَارَ يَطۡلُبُهُۥ
حَثِيثٗا وَٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ وَٱلنُّجُومَ مُسَخَّرَٰتِۢ بِأَمۡرِهِۦٓۗ أَلَا
لَهُ ٱلۡخَلۡقُ وَٱلۡأَمۡرُۗ تَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
“Sesungguhnya Tuhan kamu
ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia
bersemayam di atas ´Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya
dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan
memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” (QS’ al-A’raf[7]:54)
Terkait dengan penciptaan langit
dalam enam masa ini, banyak para ilmuwan yang terinspirasi untuk membuktikan
dalam penelitian-penelitian mereka. Salah satunya adalah Dr. Ahmad Marconi,
dalam bukunya Bagaimana Alam semesta Diciptakan, Pendekatan al-Qur’an dan sains
Modern (tahun 2003).
Menurut Dr. Ahmad Marconi kata ayyam adalah bentuk
jamak dari kata yaum. Kata yaum dalam arti sehari-hari dipakai untuk
menunjukkan terangnya siang, ditafsirkan sebagai “masa”. Sedangkan “ayyam” bisa
diartikan “beberapa hari”, bahkan dapat berarti “waktu yang lama”.
Abdullah Yusuf Ali, dalam The Holy
Qur’an, Translation and Commentary, 1934, menyetarakan kata ayyam dengan “age”
atau “eon” (Inggris).
Sementara Abdu Su’ud menafsirkan kata ayyam dengan
“peristiwa” atau “naubat”. Kemudian diterjemahkan juga menjadi “tahap”, atau
periode atau masa. Sehingga kata sittati ayyam dalam ayat di atas berarti “enam
masa”.
Secara ringkas, penjelasan “enam masa” dari Dr.
Marconi adalah sebagai berikut:
- Masa Pertama, sejak peristiwa Dentuman Besar (Big Bang) sampai terpisahnya Gaya Gravitasi dari Gaya Tunggal (Superforce). (Lihat QS. Al-Anbiya’:30)
- Masa Kedua, masa terbentuknya inflasi jagad raya, namun belum jelas bentuknya, dan disebut sebagai Cosmic Soup (Sup Kosmos).
Yaitu
pecahan-pecahan kosmos yang terdiri dari ruang, materi, dan radiasi kemudian
bercampur aduk menjadi lebur yang dalam teori sains disebut “sup Kosmos”.
- Masa Ketiga, masa terbentuknya inti-inti atom di Jagad Raya ini.
- Masa Keempat, elektron-elektron mulai terbentuk.
- Masa Kelima, terbentuknya atom-atom yang stabil, memisahnya materi dan radiasi, dan jagad raya terus mengembang.
- Masa Keenam, jagad raya terus mengembang, hingga terbentuknya planet-planet.
Demikian juga dengan silih
bergantinya siang dan malam, merupakan fenomena yang sangat kompleks. Fenomena
ini melibatkan rotasi bumi, sambil mengelilingi matahari dengan sumbu bumi miring.
Dalam fenomena fisika, bumi berkitar (precession) mengelilingi matahari.
Gerakan miring tersebut memberi dampak musim yang berbeda. Selain itu, rotasi
bumi distabilkan oleh bulan yang mengelilingi bumi. Subbahanallah. Semua saling
terkait. Kompleksnya fenomena penciptaan langit dan bumi serta silih
bergantinya malam dan siang, tidak akan dapat dipahami dan diungkap rahasianya
kecuali oleh para ilmuwan yang tekun, tawadhu’, dan cerdas. Mereka itulah para “ulul
albab” yang dimaksud dalam ayat di atas. Jadi, berpikir kritis dalam
beberapa ayat tersebut adalah memikirkan dan melakukan tadabbur semua ciptaan
Allah Swt. sehingga kita sadar betapa Allah Swt. adalah Tuhan Pencipta Yang
Maha Agung, Maha Pengasih lagi Penyayang, dan mengantarkan kita menjadi hamba-hamba
yang bersyukur. Hamba yang bersyukur selalu beribadah (ritual dan sosial)
dengan ikhlas.