Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar dan Atsar

Tugas Kelompok                                                                    Dosen Pembimbing
Studi Qur’an                                                                                                                           Syarifuddin, M.Ag




HADIST, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR




Disusun oleh :
Kelompok 1

Abdul Haris
Ahmad Muchsin





Jurusan Teknik Informatika
                                                    Fakultas Sains dan Teknologi                                                   
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
T.A 2015/2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Dalam makalah ini penulis membahas mengenai bagaimana pengertian hadist, sunnah, khabar dan atsar.
 Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki masih kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.







Pekanbaru, 26 September 2016
Penyusun




BAB I
PENDAHULUAN
1.1            Latar Belakang
Perkembangan teknologi pada masa ini dapat dikatakan sangat maju, melihat banyaknya penemuan yang ditemukan oleh para peneliti yang semakin memudahkan pekerjaan manusia. Hal ini tentu tidak lepas dari kuasa allah SWT karena Dia-lah yang menciptakan seisi alam semesta beserta isinya. Sepandai apapun kita, jika allah tidak meridhai pekerjaan kita, tentunya kita tidak ada apa-apanya.
Dalam pembahasan yang akan kami terangkan dalam makalah ini, ketika kita mengembangkan serta membuat suatu penemuan teknologi, hendaknya ada beberapa hal yang harus diperhatikan terutama bagaimana posisi niat kita dalam pengembangan teknologi itu sendiri. Kemudian pembahasan ini.

1.2            Rumusan Masalah
a)      Bagaimana posisi niat yang benar dalam pengembangan teknologi?
b)      Apa saja ayat yang menjelaskan tentang niat tersebut?
1.3         Tujuan Pembahasan
a)      Mengetahui tentang posisi niat dalam pengembangan teknologi.
b)      Menjelaskan ayat – ayat yang menjelaskan posisi niat.






BAB II
ISI
2.1      Pengembangan Teknologi Menurut Ajaran Islam
Teknologi pada masa ini bukan merupakan sesuatu yang asing lagi di dunia. Banyak penemuan dibidang teknologi yang ditemukan oleh para peneliti dan semakin mempermudah pekerjaan manusia dan memajukan peradapan manusia. Teknologi bertopang pada pengetahuan ilmu – ilmu alam yang bersandar pada pada proses teknik tertentu. Apapun yang ditemukan para peneliti, dan apapun sarana serta prasarana yang digunakan oleh peneliti tersebut, semuanya ada yang memiliki jauh sebelum ilmu pengetahuan itu ditemukan, yaitu allah SWT.
Perlu disadari oleh para pencari ilmu, bahwa mengembangkan suatu teknologi tidak hanya untuk kebermanfaatan dunia saja, namun juga harus menyadari bahwa semua yang terjadi semata – mata adalah kuasa allah SWT. Dengan pengembangan teknologi tersebut, hendaknya kita bisa lebih mengenal serta mengagungkan allah SWT atas apa yang diberikan kepada kita. Diharapkan juga dalam hal ini. Bisa tumbuh rasa syukur yang luar biasa atas nikmat-Nya sehingga meningkatkan pengabdian kepada allah SWT.
Namun perlu diingat bahwa kita tidak hidup semata – mata hanya untuk dunia saja, karna hidup didunia singkat dan tidak sebanding dengan kehidupan diakhirat. Maka dari itu penting dari diri kita sendiri untuk memposisikan diri sehingga kita tidak terlena oleh gemerlapnya dunia yang apabila kita turuti tentu tidak akan habisnya.
2.2      Posisi Niat dalam Mengembangkan Teknologi
Dalam mengembangkan teknologi pada zaman ini, hal utama yang harus diluruskan adalah bagaimana niat kita atas pengembangan teknologi tersebut agar kebermanfaatanya tidak hanya untuk dunia tapi juga untuk akhirat. Apapun ilmunya dan apapun penemuannya hal itu tidak akan lepas dari kekuasaan allah SWT bahkan niat yang terselip didalam hati. Seperti contoh yaitu ketika kita mengembangkan suatu ilmu pengetahuan yang dapat memberi manfaat kepada orang banyak. Hal yang sering terjadi tanpa kita sadari pada keaadaan seperti itu yaitu sulitnya kita menghindari berbagai macam penyakit hati yang akan mengurangi berkah dari amalan pekerjaan kita tersebut seperti yang telah allah SWT sebutkan dalam surat Al-bayyinah ayat 5, yaitu :
 وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ ٥
5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus

Ikhlas dalam beribadah kepada allah SWT jika dicermati secara mendalam sesungguhnya menjadi keharusan bagi kita. Karena allah yang maha kuasa menciptakan segala sesuatu, begitu juga yang menciptakan kita. Sehebatnya apapun kita, pastinya mempunyai segala keterbatasan karena manusia adalah makhluk yang lemah hatinya mudah sekali terpengaruh oleh sesuatu yang ada disekitarnya. Pada ayat diatas dijelaskan bahwa kita tidak dibebani tugas kecuali agar ibadah kita hanya ditujukan untuk menjalankan serta taat kepada agama. Agar jauh dari kebatilan dan agar kita selalu melaksanakan solat dan menunaikan zakat yaitu memberi zakat kepada orang yang membutuhkan karena itulah agama yang lurus. Seseorang yang melaksanakan ibadah secara ikhlas berarti juga telah menjalankan ajaran agama yang hanif (Lurus). Kalimat yang lurus disini maksudnya adalah jauh dari kesyirikan dan juga jauh dari kesesatan.
Pada kelanjutan ayat 5 Al – bayyinah allah SWT menjelaskan tentang dua macam ibadah yang sangat penting untuk kita tunaikan, yaitu salat dan zakat. Salat merupakan ibadah yang paling utama dan menjadi saran dalam berhubungan secara langsung kepada allah. Bahkan apabila kita menjadi orang yang nomor satu didunia yang mengetahui banyak ilmu, hal itu harus di seimbangin dengan ibadah kita apabila ibadah wajib seperti solat. Karena ketika mati nanti kita tidak hanya membawa ilmu pengetahuan saja melainkan ilmu mengenai akhirat kelak. Zakat merupakan ibadah sebagai saran mengukuhkan hubungan dengan sesama manusia. Zakat dilakukan dengan mengeluarkan sebagian dari harta benda untuk membantu fakir miskin dan menegakkan agama. Ibadah salat dan zakat yang harus selalu kita pelihara untuk menegakkan agama islam agar tetap kukuh.
2.2.1  Mengharap Ridho Allah
Walaupun dalam pengembangan teknologi penggunaanya kebanyakan dalam hal dunia. Hal ini lantas tidak menjadi jaminan bahwa pekerjaan kita tersebut hanya untuk dunia saja. Karena allah melihat niat di hati kita. Kita bisa saja mendapatkan pahala atas kebaikan yang kita lakukan dengan memanfaatkan ilmu serta ilmu yang telah allah berikan untuk kita hal ini juga telah diterangkan dalam QS. Al – Qasas ayat 77 yang berbunyi :
 وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ ٧٧
Artinya : “77. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Pada ayat ini allah SWT menerangkan empat macam nasihat dan petunjuk yang ditujukan kepada Qarun oleh kaumnya, namun begitu nasihat dan petunjuk tersebut harus diamalkan pula oleh kita sebagai pengikut rasulullah salallahhu alaihi wasallam karena al-quran adalah petunjuk yang sempurna untuk umat beliau sallahu alaihi wasalam. Allah menganugrahkan banyak nikmat kepada kita, dan menyuruh kita mencari pahala dengan nikmat tersebut. Orang yang dianugrahi oleh allah kekayaan yang berlimpah – limpah, perbendaharaan harta yang bertumpuk – tumpuk serta nikmat yang banyak, hendaklah ia memanfaatkan dijalan allah, patuh dan taat pada perintahnya, mendekatkan diri kepadanya, untuk memperoleh pahala sebanyak banyaknya didunia dan akhirat. Mempunyai kemampuan untuk mengambangkan dan memajukan teknologi juga merupakan nikmat yang telah allah berikan kepada kita. Dengan mempergunakan nikmat kemampuan tersebut sebaik – baiknya, kita dapat membantu serta mempermudah pekerjaan orang lain. Dengan keikhlasan dalam hati ketika berbaut baik kepada saudara kita, Allah pasti akan memberiakan balasan yang setimpal untuk kita seperti pahala dan nikmat yang lebih, tanpa berharap pujian serta jabatan dari manusia saja. Allah melihat hati kita, hendaklah keikhlasan tersebut tidak hanya diluar saja namun juga ikhlas dan tulus dari dalam hati.
            Dalam ayat diatas Allah SWT juga berfirman, “...tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu didunia...”. artinya Allah swt juga menciptakan kesenangan didunia untuk dinikmati manusia. Juga memberi tahu mereka bahwa dalam bumi allah swt terkandung berbagai macam rezeki yang harus dicari, diolah, dan dinikmati, agar kehidupan senantiasa tumbuh dan berkambang. Namun mereka tidak boleh melupakan kehidupan akhirat. Menikmati kesenangan dalam kehidupan saat ini sebenarnya adalah bentuk rasa syukur atas nikmatnya dan memanfaatkan pemberiannya, sebab itu adalah salah satu bentuk ketaatan yang disenangi allah, tentunya dengan kadar yang tidak berlebihan karena allah juga tidak menyukai sesuatu yang berlebih lebihan yang justru akan menimbulkan kerusakan. Dalam ayat ini kita juga diperintahkan untuk berbuat baik kepada orang lain sebagaimana allah berbuat baik kepadanya, seperti dengan melakukan atau membuat sesuatu yang bisa digunakan orang lain dengan memanfaatkan nikmat ilmu pengetahuan yang allah berikan. Bukannya malah merugikan orang lain dan bisa berbuat kerusakan dimuka bumi. Kerusakan tersebut bukan hanya kekacauan dalam bentuk materi, melainkan juga bisa melalui aqidah yang rusak yang terpengaruh oleh banyak sebab. Allah tidak akan menghormati mereka, bahkan allah tidak akan memberikan ridho dan rahmatnya.
            Maka dari itu perlu ditanamkan aqidah yang kuat pada setiap muslim untuk melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebaikan sesuai syariat islam serta ikhlas karena mencari ridho allah swt agar segala nikmat yang kita terima tidak hanya memberikan kesenagan dunia namun juga menghasilkan pahala untuk diakhirat kelak. Kita sungguh tidak diperintahkan untuk berbuat maksiat apalagi menyekutukan allah. Akan tetapi ibadah yang kita kerjakan masih belum sempurna jika tidak dilakukan dengan ikhlas. Dari sini dapat dipahami bahwa nilai ibadah tidak hanya diukur dari kuantitas yang telah dilakukan tetapi dari kualitasnya. Diantara kualitas ibadah yang paling utama adalah keikhlas untuk mencari ridha allah swt. Padahal dalam kehidupan ini tidak hanya dunia yang harus dipikirkan melainkan juga akhirat, seperti yang telah di jelaskan dalam QS. An Nisa ayat 134 yang berbunyi:  


مَّن كَانَ يُرِيدُ ثَوَابَ ٱلدُّنۡيَا فَعِندَ ٱللَّهِ ثَوَابُ ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ سَمِيعَۢا بَصِيرٗا ١٣٤
134. Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat
                Ayat ini menerangkan bagi orang – orang yang hatinya serakah pada kesenangan – kesenangan duniawi semata. Padahal kemuliaan allah swt jauh lebih mulia. Dia memiliki pahala didunia dan akhirat. Karena itu apabila meninggalkan salah satu untuk memperoleh yang lainnya maka hanya akan mendatangkan kerugian bagi manusia. Janganlah seorang hamba allah puas hanya dengan kenikmatan dunia saja sehingga menyerahkan perasaan cinta terhadapnya. Karena dunia yang dia prioritaskan hanya bersifat sementara, sedangkan akhirat adalah kehidupan yang kekal. Sedangkan allah maha mendengar dan melihat atas apa yang dilakukan setiap hambanya didunia.
            2.2.2    Niat karena Dunia
            Allah swt memberikan nikmat kepada seorang hamba yang dikehendakinya karena sejatinya manusia tidak akan bisa mencukupi kehidupannya sendiri. Allah menjadikan dua ladang yang berbeda yang disuguhkan ke hadapan manusia untuk dipilih, karena manusia sendirilah yang diberikan kebebasan untuk menjatuhkan pilihannya. Seperti QS. As syuro ayat 20 yang berbunyi :
مَن كَانَ يُرِيدُ حَرۡثَ ٱلۡأٓخِرَةِ نَزِدۡ لَهُۥ فِي حَرۡثِهِۦۖ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرۡثَ ٱلدُّنۡيَا نُؤۡتِهِۦ مِنۡهَا وَمَا لَهُۥ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ ٢٠
Artinya : “20. Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.”
                kepada orang yang menjatuhkan pilihannya untuk menghendaki keuntungan dari akhirat yaitu berupa tempat yang mulia disisinya, maka tidak hanya berupa suburnya kebun akhirat yang ia dapat, melainkan allah akan menambah nikmatnya berupa keuntungan duniawi. Tapi barang siapa yang hanya menghendaki keuntungan duniawi saja, maka allah hanya akan memberikan sebagian keuntungan dunia yang sudah ditetapkan, tidak akan ditambah dan mempunyai batas waktu yang hanya sementara. Dan mereka tidak akan mendapatkan keuntungan diakhirat sedikitpun karena mereka tidak ingin berusaha untuk mendapatkannya.
            Ibnu Rajab dalam kitabnya Jami’ul Uham Wal Hikam menyatakan,”Amalan riya yang murni jarang timbul pada amal – amal wajib seorang mukmin seperti solat dan puasa, namun terkadang riya muncul pada zakat, haji dan amal – amal lainnya yang tampak pada manusia atau pada amalan yang memberikan manfaat untuk orang lain. Keikhlasan dalam amalan – amalan semacam ini sangatlah berat, amalan yang tidak ikhlas akan sia –sia dan pelakunya berhak untuk mendapatkan kemurkaan dan hukuman dari allah”.



BAB III
KESIMPULAN
            Teknologi pada masa ini bukan merupakan sesuatu yang asing bagi dunia. Banyak penemuan dibidang teknologi yang di temukan oleh para peneliti dan semakin mempermudah pekerjaan manusia dan memajukan peradapan manusia. Teknologi bertopang pada pengetahuan ilmu – ilmu alam yang bersandar pada proses teknik tertentu. Apapun yang ditemukan para peneliti, dan apapun sarana serta prasarana yang digunakan oleh peneliti tersebut, semuanya ada yang memiliki jauh sebelum ilmu pengetahuan itu ditemukan yaitu Allah swt. Ikhlas dalam beribadah kepada allah swt jika dicermati secara mendalam sesungguhnya menjadi keharusan bagi kita. Karena allah yang maha kuasa menciptakan segala sesuatu, begitu juga yang menciptakkan kita. Sehebatpun kita, pasti mempunyai segala keterbatasan karena manusia adalah makhluk yang lemah yang yang hatinya mudah sekali terpengaruh oleh sesuatu yang ada disekitarnya.
            Dengan keikhlasan dalam hati kita berbuat baik kepada saudara kita, allah pasti akan memberikan balasan yang setimpal untuk kita seperti pahala dan nikmat yang lebih, jika benar – benar melakukan pekerjaan itu untuk mencari ridho allah, tanpa berharap pujian serta jabatan dari manusia. Allah melihat hati kita, hendaklah keikhlasan tersebut tidak hanya diluar saja namun juga ikhlas dan tulus dari hati.
Ibnu Rajab dalam kitabnya Jami’ul Uham Wal Hikam menyatakan,”Amalan riya yang murni jarang timbul pada amal – amal wajib seorang mukmin seperti solat dan puasa, namun terkadang riya muncul pada zakat, haji dan amal – amal lainnya yang tampak pada manusia atau pada amalan yang memberikan manfaat untuk orang lain. Keikhlasan dalam amalan – amalan semacam ini sangatlah berat, amalan yang tidak ikhlas akan sia –sia dan pelakunya berhak untuk mendapatkan kemurkaan dan hukuman dari allah”.
           










Daftar Pustaka
            Ad –dahduh, Salman Nashif.2002.bebas Dari Jerat Dunia. Pustaka Hidayah : Bandung
Previous
Next Post »
Thanks for your comment